Langsung ke konten utama

Postingan

SUPERMAN ITU BERNAMA IBU: PELAJARAN MORAL PENTINGNYA PERAN AYAH DALAM PENGASUHAN ANAK

Dunia pengasuhan di masa mendatang tidak lagi dapat dipersepsikan sebagaimana masa-masa sebelumnya. Stereotip perempuan atau istri masih dianggap sebagai pihak yang lebih terampil dalam mengasuh anak dibandingkan laki-laki (suami), apalagi telah melekat dalam budaya kita. Namun, dengan berbagai tantangan di masa depan, pengasuhan anak membutuhkan kesetaraan peran antara suami dan istri menurut berbagai penelitian dan pengalaman. Pengasuhan dengan kesetaraan berkontribusi pada tidak hanya pada tumbuh kembang anak, tetapi juga pada hubungan antarorang tua. Dilema rumah tangga selalu berfokus bagaimana laki-laki saat ini tidak lagi menjadi sumber pendapatan utama. Kadang bahkan sering kali, saat suami menganggur atau di-PHK, juga sakit, posisi perempuan sebagai ibu dan “manusia biasa” mengalami kebimbangan luar biasa, antara mengurus ekonomi rumah tangga dan mengurus anak yang sedang bertumbuh sekaligus suami yang sedang tidak baik-baik saja. Kondisi ini menjadikan “profesi” sebagai ibu a...
Postingan terbaru

Anak, Kemiskinan, dan Prostitusi

Penulis: Muhammad Ivan (Dimuat di Kompas, tahun 2007) Kemiskinan dan pengangguran hingga kini masih menjadi isu utama mengiringi Indonesia yang sedang berupaya menuju proses perbaikan. Setidaknya, 37,4 juta penduduk Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan. Jumlah tersebut belum termasuk Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Papua. Dampak sosial yang terlihat jelas dan nyata adalah mereka, orang-orang miskin tersisih dalam pembangunan. Salah satunya adalah prostitusi anak. Prostitusi anak adalah tindakan mendapatkan atau menawarkan jasa seksual seorang anak oleh seseorang atau kepada orang lainnya dengan imbalan uang atau imbalan lainnya. Bentuk eksploitasi seksual komersial terhadap anak lainnya adalah perdagangan anak untuk tujuan seksual dan pornografi anak. Laporan Jaap E Doek, Unicef, dan End Child Prostitution Child Pornography and The Trafficking of Children for Sexual Purposes (ECPAT) menyebutkan, perdagangan perempuan dan anak untuk eksploitasi seksual di Asia mengorbankan 30...

Pendidikan dan Pelatihan Penulisan Buku #2 Literasi dan Human Capital

Salam literasi… Rekan-rekan pegiat literasi di seluruh Indonesia Setelah berhasil merampungkan Diklat Penulisan Buku #1 “ Pendidikan dan Human Capital ” yang sedang dalam proses editing dan akan diterbitkan di tahun 2021 ini, Komunitas Baca Tulis Kota Depok (Kombat Depok) akan membuka pendaftaran kegiatan Diklat Penulisan Buku #2, kali ini tema yang diangkat adalah “Literasi dan Human Capital.”  Kombat Depok sebagai salah satu komunitas literasi mencoba berinisiasi untuk membuka ruang kepada siapapun yang memiliki passion untuk berbagi pemikiran sekaligus meningkatkan “angka kredit” para fungsional secara tidak langsung.  Menurut Muhammad Ivan, Koordinator Kombat Depok bahwa belum banyak kegiatan literasi yang menelurkan produk pemikiran seperti buku atau jurnal. Giat membaca memang banyak lewat berbagai komunitas, namun pegiat literasi sejati harus memiliki kemampuan menulis untuk mengikat pengetahuan dan pengalamannya untuk kemudian dibagikan kepada khalayak.  Penyebarn...

Sekali lagi Soal Seragam

_Penulis: Muhammad Ivan_ _Pegiat Komunitas Baca Tulis Kota Depok_ Namanya saja seragam, ya untuk menunjukkan identitas yang tidak parsial dengan idea lembaganya dan tentu saja lingkungan dimana lembaga itu tumbuh dan berkelindan dengan nilai-nilai kearifan lokal.  Seragam itu penting atau urgen? Kalau pakai pendekatan nalar, apapun motif dan warna pakaiannya tidak ada urusan dengan hak dan kewajiban sebagai siswa untuk mendapatkan haknya dalam pendidikan. Jadi soal seragam tidaklah begitu penting. Lebih baik bebas saja ke sekolah mau pakai pakaian apa saja, yang penting etis (sopan, misal harus berkancing, dll).   Namun kalau sudah memakai pendekatan budaya, maka berseragam sangat kontekstual dalam hal apapun, apalagi siswi/siswa yang sudah beranjak remaja (Akil baliq). Seragam SD dan SMP masih bercelana pendek, sementara yang SMA/SMK bercelana panjang.  Pasca orde baru, ketika politik Islam sudah mulai memiliki pengaruh melalui gerakan partai atau pergerakan Islam d...

Kurang Bersatu Karena Hanya Pintar Berbahasa Namun Tidak Memaknai Bahasa

sumber: http://dunia-kesenian.blogspot.com Tahun 1928, bukan tahun yang mudah bagi para pemuda dari berbagai suku dan bahasa (sebelum negara Indonesia lahir) untuk berbincang. Sebagian dari mereka yang tidak berbahasa Indonesia, bahkan akhirnya menggunakan bahasa Belanda. Mungkin, bagi Milenial, mereka akan menertawakan betapa repotnya dalam berkomunikasi kala itu.  Bayangkan saja, mereka bersatu meskipun belum memiliki satu bahasa yang setara, namun mereka memaknai bahasa bukan hanya dengan kata, namun juga saling pengertian yang sepadan. Menemukan bahasa yang semakna.   Dan entah bagaimana pula, hingga kini, bahasa Indonesia sudah menjadi bahasa yang patut diperhitungkan dalam kancah global. Setidaknya di beberapa negara, bahasa Indonesia menjadi pelajaran wajib di negara Australia, Taiwan, Korea Selatan, Jepang, dan Ukraina. Lepas dari sejarah yang mengatakan bahwa kala itu, sebenarnya poin ketiga tidak menyatakan “mengaku berbahasa Indonesia”, namun “menjunj...

Karakter, Keluarga, dan Sin of Crime of Omission

                                                                                                                Tulisan ini saya mulai dengan sebuah cerita. Seorang kawan yang dapat order proyek dari X, seorang anggota DPR. X dikenal luas memiliki kesantunan dan tutur kata yang penuh adab ketika diwawancarai di stasiun televisi. Selama mengerjakan proyek, kawan saya itu sudah melakukan yang terbaik bahkan banyak komponen yang digratiskan ataupun mendapat diskon istimewa. Sungguh disesalkan, kesalahan kecil dalam proyek itu membuat X mengancam tidak mau membayar karena ada komponen yang harus diimpor dari luar negeri, karena tidak dijual di Indonesia . Bukan hanya itu, X juga memaki, menghina, dan membentak k...

Tertawalah

jika melihat anak-anakku tertawa, aku merasa bahwa inilah hidup hidup atau mati seseorang dapat dilihat seberapa bahagia dan tertawa merupakan variabel terikat yang dapat mengidentifikasi bahagia atau tidaknya seseorang ada tertawa palsu, hanya sekadar untuk menyenangkan atasan ada tertawa tulus, untuk orang yang dicintai ada tertawa lain-lainnya hari ini, aku mencoba untuk tertawa meski dalam hati kecilku, ada kesedihan karena inilah batere agar hidupku senantiasa menyala tertawalah untuk memicu lelah menjadi sedikit segar tertawalah untuk anak2mu yang sedang tumbuh dan baru berkembang tiap pekan bertambah kata2 yang baru, perilaku yang baru, dan lain2... dan yang terakhir, tertawalah untuk meraih kemenangan bukan dengan bersedih, mendengki melihat kesuksesan orang lain "bukan kamu bahagia karena kamu tertawa, tapi kamu tertawa karena kamu bahagia" (muhammad ivan, ayah 4 anak)